Senin, 17 Desember 2012

menyayangi bukan berarti memanjakan


Keluarga adalah satu kesatuan dari interaksi sosial yang terpadu dan lebih intim yang pada umumnya terdiri dari Ayah. Ibu. dan Anak. Pada suatu teori dari Ilmu Sosiologi menyebutkan bahwa Keluarga yang seperti paparan diatas disebut sebagai jenis dari “ Nuclear Family “. Dari nuclear family menjadikannya sebagai jenis “ Extended Family ” yang tergolong lebih luas bahkan bisa dikategorikan sebagai keluarga besar yang lengkap.
Setiap keluarga memiliki kharakteristik yang berbeda-beda dengan keluarga lainnya. Tentunya, dalam bagian inti keluarga memiliki ketentuan peraturan yang pada hakikatnya menjadikan sebutan “ Ayah “ sebagai pemimpin yang mengatur penuh kekuasaan dikeluarganya. Tidak mengheran apabila golongan para ayah dikenal sebagai sosok yang bijaksana, tegas, bahkan menakutkan. Berbeda lagi dengan sosok seorang Ibu yang terkenal kelembutan, keramahan, bahkan sampai rasa makanannya. Namun hal itu pun bisa berkesebalikan bahkan kedua-duanya memiliki sikap yang sama seperti paparan diatas.
Pada hakikatnya, didalam keluarga memiliki rasa memiliki satu sama lain yang menimbulkan rasa saling menyayangi. Inilah yang terkadang menjadi kesalahpahaman yang berdampak pada kekacauan. Banyak keluarga yang mengartikan menyayangi sebagai ajang menuruti kemauan anak yang menjadikan anak sebagai pribadi yang manja.
Tidak menuntut kemungkinan bahwa pribadi yang manja akan menjadikan dampak realita sosial tentang kenakalan remaja yang dapat kita simak dilingkungan sekitar ini. Banyak anak yang telah melampaui kodratnya sebagai anak. Terkadang anak yang menjadi bak pemimpin didalam keluarganya. Disisi lain, anak lah yang mengatur sesuai dengan kemauannya bahkan mereka menjadi tidak sopan terhadap orang tuanya.

Tidak ada komentar: