Jumat, 26 April 2013

Belajar Cerdas dari Negara Sakura ~ termuat di HARIAN JOGJA ( jumat, 26 April 2013 )

Negara Jepang dengan julukannya sebagai negara sakura merupakan salah satu negara termaju dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, sosial, politik, dll. Kemajuan-kemajuan ini tentu berkaitan erat dengan kemajuan pendidikan dinegara tersebut. Tidak mengherankan bahwa Negara Jepang dapat menghasilkan manusia-manusia yang cendikia dan begitu inovatif.
Dilihat dari kegiatan belajar mengajarnya dirancang menjadi susunan kegiatan belajar mengajar yang sistematis. Hal ini dapat diketahui dalam rencana kerja (working plan) yang disiapkan guru untuk setiap pertemuan kelas dengan menguraikan materi apa yang akan dibahas, apa yang harus dilakukan murid, dan apa yang harus dilakukan guru, serta bagaimana cara melakukannya. Dengan demikian, baik murid maupun guru memiliki pedoman arahan yang jelas dalam proses belajar-mengajar.
Pada awalnya, guru memberikan arahan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan. Kemudian murid memberikan penjelasan sebagai pengantar, dilanjutkan dengan melakukan diskusi sesama mereka dan bahkan mengeksplorasi menggunakan alat pembelajaran seperti multimedia, laboratorium, dan lain-lain sesuai dengan mata pelajaran dan kebutuhan. Hasil diskusi dan eksplorasi tersebut lalu dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru. Dari kesimpulan hasil diskusi dan eksplorasi kegiatan belajar mengajar dapat memberikan gambaran informasi bahwa suatu tujuan tidak hanya ditempuh dalam satu jalan. Jadi seorang murid pun mampu menunjukan jalan penyelesaian sesuai pemikirannya sendiri.
Dalam pengelolahan kelas dilakukan oleh dua guru pembimbing yang biasa dikenal dengan sebutan team teaching. Tugas mereka sebagai team teaching memberikan fasilitas yang dikelola secara fleksibel. Disana guru menjadikan murid-muridnya sebagai subjek bukan sebagai objek. Tidak mengherankan bahwa murid-murid kelas dua sekolah dasar pun mampu menyusun pola penyelesaian rumus matematika dengan berbagai cara sesuai mereka sendiri. Hal ini berbeda sekali dengan kegiatan belajar mengajar yang ada di Indonesia dengan sosok guru sebagai subjek yang menjadi acuan dan terkadang tidak bisa diganggu gugat.
Dari kegiatan pembelajaran yang begitu fleksibel dan inovatif membuat Jepang semakin mudah menumbuh kembangkan cendikia-cendikia muda yang berpengaruh. Tidak mengherankan bahwa negara Jepang dapat menjadi negara yang begitu maju dengan sumber daya manusianya yang begitu luar biasa. Oleh karena itu, negara Jepang dapat dijadikan contoh yang baik untuk menjadikan negara Indonesia lebih maju.

Kamis, 25 April 2013

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 26: Perlombaan Menjunjung Langit

Dari Elegi Ritual Ikhlas 26: Perlombaan Menjunjung Langit memberitahukan sebuah pesan yang tersirat bahwa dalam suatu kegiatan bisa dibilang suatu lomba, sudah selayaknya seorang manusia harus mengendalikan amarah atau ego yang ada didirinya. Ada pepatah mengungkapkan bahwa padi semakin berisi semakin merunduk. Hal ini dimaksudkan agar manusia yang memiliki kemampuan lebih tidaklah berlaku dan merasa lebih hebat karena itu akan berpengaruh besar pada kehidupannya. Tingkah polah seperti itu biasa disebut sebagai perilaku sombong. Dalam Al-Quran pun telah dijelaskan bahwa “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18). Oleh karena itulah, sudah semestinya manusia harus menjauhi sikap sombong.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 25: Menggapai Diri

Dari Elegi Ritual Ikhlas 25: Menggapai Diri dapat diketahui bahwa manusia memiliki sudut pandang yang banyak terhadap dunia. Berbagai persepsi ada bahkan telah mendarah daging difikirannya. Apapun yang manusia fikiran tentang dunia maka dunia akan seperti apa yang difikirkan. Klasiknya, dunia itu berada didalam fikiran. Selain fikiran, manusia juga dikaruniai hati. Hati didalamnya terdapat perasaan yang merasakan apa yang ada didunia. Sama halnya fikiran, hati pun juga seperti fikiran. Sehingga dapat disimpulkan jika pada dasarnya dunia merupakan cerminan dari tingkah polah manusia. Meskipun pada halnya, manusia tidak selalu bisa menyadari bahwa apa yang difikirkan bahkan dirasakan tentang dunia itu akan menjadi sebuah kenyataan. Bahkan didalam fikiran dan hati merka terkadang terdapat kesombongan yang dapat menghapus semua amalan yang telah diperjuangkan. Oleh karena itu, sebaik-baiknya diri adalah yang selali berprasangka baik dan merendahkan hati.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 24: Menggapai Doa dan Ikhtiar

Dari Elegi Ritual Ikhlas 24: Menggapai Doa dan Ikhtiar mengingatkan bahwa semua urusan didunia telah diatur oleh-Nya. Manusia berhak memiliki keinginan atau permohonan dalam hidup. Namun untuk menggapai itu semua dibutuhkan doa dan usaha. Doa dan usaha merupakan dua unsur komponen sukses yang diintegritaskan. Meskipun pada kenyataannya ada kaum Fatal dan kaum vital. Kaum fatal merupakan orang-orang yang hanya mengandalkan hidupnya dari Takdir. Sedangkan kaum vital merupakan orang-orang yang tidak percaya kepada Doa, yaitu hanya mengandalkan ikhtiar saja. Namun perlu diingat bahwa Allah begitu menyukai dan menyintai hamba yang selalu mengkombinasikan antara doa dan usaha meskipun pada akhirnya keputusan ada pada-Nya. Hal ini dikarenakan Allah tahu mana yang baik dan terbaik untuk hamba-Nya.

Rabu, 24 April 2013

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 23: Menggapai Cinta Ilahi

Dari Elegi Ritual Ikhlas 23: Menggapai Cinta Ilahi membuat saya berdebar. Nasehat yang terlisan dalam percakapan tersebut begitu hangat dan membangun. Salah satunya adalah “Sesungguhnya Cinta seorang hamaba kepada Allah Aza wa Jalla itu merupakan puncak dari segala puncaknya segala menusia dengan berbagai macam dimensinya. Kerinduanmu kepada Allah SWT adalah dalam rangka cintamu kepada Nya. Taubatmu kepada Allah adalah dalam rangka Cintamu kepada Nya. Sabar dan ikhlasmu kepada Allah juga dalam rangkan Cintamu kepada Nya. Maka sebenar-benar Cintamu kepada Allah itu adalah sekaligus awal dan akhir dari pengamalan Agamamu. Maka Cintamu kepada Allah hendaknya meliputi seluruh jiwa dan ragamu. Dialah yang engkau rindukan dan engkau Cintai secara absolute”. Jika pun rasa kecintaan yang tumbuh karena mendengar suara ngaji dan berlanjut dengan air mata itu menjadi sebuah tanda bahwa sebenarnya manusia mempunyai rasa cinta kasih terhadap Allah. Perlu diingat bahwa air mata itu dapat dianalogikan sebagai suatu salju yang turun sebagai pemecahan dari batu.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 22: Perkelahian Keburukan dan Kebaikan

Dari Elegi Ritual Ikhlas 22: Perkelahian Keburukan dan Kebaikan mengingatkan bahwa keburukan dan kebaikan merupakan suatu yang kontradiksi. Mereka selalu berlawanan arah bahkan arus. Mereka tidak dapat bersama. Dalam hal tersebutlah dapat dijadikan sebuah renungan sebagai jalan menuju suatu kebaikan. Pada dasarnya kebaikan selalu menang diatas keburukan, meskipun pada awalnya keburukanlah yang selalu menang. Dalam ayat 135 surah Ali Imran, Tuhan menjelaskan sifat baik di kalangan orang beriman yang ‘ashi, apabila melakukan perkara keji dan mendedah diri kepada bahaya api neraka. Lalu mereka ingat dan beristighfar kepada Allah SWT. Mereka bertaubat kepada Allah kerana derhaka kepada-Nya, dengan anggota yang dikurnia oleh Allah SWT. Menderhaka dengan mata kerana memandang perkara yang haram. Menderhaka dengan lidah kerana mengumpat serta berkata perkara haram. Derhaka dengan mulut kerana makan rezeki yang haram. Semua anggota tubuh badan adalah kurniaan Tuhan, yang sepatutnya digunakan untuk taat dan berbakti kepada-Nya, bukan sebaliknya. Oleh karena itulah sudah selayaknya sebagai umat muslim yang taat kepada Allah harus mampu menumbuh kembangkan kebaikan didalam diri dengan penuh keikhlasan.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 21: Menggapai Ramai

Dari Elegi Ritual Ikhlas 21: Menggapai Ramai mengingatkan saya bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan segala macam bentuk termasuk dalam hal bentuk suara. Diriwayatkan dari Abu Hurayrah –radhiyallahu 'anhu- bahwa Rasulullah –Shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda : "Siapa yang beriman (percaya) kepada Allah dan Hari Akhir, maka haruslah ia berkata yang baik atau (kalau tidak) diam”. Dan dalam sutau riwayat dari Abu Hurairah Rasulullah ` bersabda “Sebagian dari tanda bagusnya Islam seseorang apabila ia bisa meninggalkan ucapan yg tidak berguna baginya”. Dari hadis itupun telah jelas gambarannya seorang manusia yang harus menggunakan sebaik-baiknya lisan mereka. Sedangkan lisan yang begitu baik adalah lisan yang selalu mengucapkan asma-Nya meskipun dalam suara lirih. Karena pada dasarnya, Allah pun selalu tahu tentang apa yang kita lakukan bahkan anggota tubuh kita pun juga.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 20: Metafisika Filsafat

Dari Elegi Ritual Ikhlas 20: Metafisika Filsafat mengingatkan bahwa Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Filsafat memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat juga dibutuhkan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia. Dalam bidang pendidikan diperlukan pula filsafat pendidikan sebagai dasar filosofis. Dengan dasar filosofis yang kuat dan jelas, akan memperjelas arah dan tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan, sehingga prosesnya pun tidak akan menyimpang dari arah dan tujuan yang akan dicapai. Dalam hal ini sama saja dengan semua pendidikan salah satunya Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika. Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika berkembang sesuai dengan peranannya, merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan Matematika. Dalam proses kegiatan pembelajarannya dibutuhkan suatu strategi yang dapat mempermudah seseorang dalam memahami. Salah satunya dengan adanya elegi. Terima kasih untuk pak marsigit yang telah memberikan inovasi kepada kami sehingga kami menjadi lebih tahu dalam mengelolah pembelajaran.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 19: Tak Mampu Memikirkan Kapan Datangnya Kiamat

Dari Elegi Ritual Ikhlas 19: Tak Mampu Memikirkan Kapan Datangnya Kiamat menyiratkan bahwa Seorang muslim beriman selalu berfikir tentang kehidupan yang ada di dunia akan musnah dan berakhir, kemudian berganti dengan kehidupan kedua di alam akhirat. Keyakinan terhadap alam akhirat/hari kiamat ini merupakan bagian dari rukun iman (dasar-dasar keimanan). Manusia pun selalu bertanya kapankah terjadinya hari kiamat. Sesungguhnya hanya Allah yang tahu dengan pasti dan tepat, kapan terjadinya. Allah SWT berfirman: “Mereka menanyakan kepadamu tentang hari kiamat: “Bilakah terjadinya? Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu ada sisi Rabbku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melaikan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Al A’Raaf 187). Oleh karena itu, tidak seorang umat pun yang mengetahui datangnya kiamat itu meskipun kedudukan didunia berpangkat tinggi.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 18: Menggapai Hati Yang Jernih

Dari Elegi Ritual Ikhlas 18: Menggapai Hati Yang Jernih mengingatkan bahwa Hati adalah panglima,yang mengatur tentara-tentaranya. Ia memerintah anggota tubuh lainnya untuk berbuat atau tak berbuat sesuatu. Pada dasarnya, hati itu ada dua yakni hati bersih dan hati kotor. Hati bersih merupakan bagaian hati yang didalamnya terdapat unsur-unsur malaikat yang selalu menganjurkan berbuat baik sehingga didalamnya selalu terdapat hati yang jernih. Sedangkan hati yang kotor merupakan bagian dari hati yang ternodai oleh hasutan setan ataupun iblis yang menjadikan hati menjadi tidak jernih. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: "alaa inna fil jasadi mudghah,idzaa shaluhat shaluha jasadu kulluhu waidzaa fasadat fasada jasadu kulluhu, alaa wahiyal qalbu" yang artinya ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dana apabila ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya.ingatlah ia adalah hati. Jadi hati yang bersih, hati yang suci, akan mudah menyerap dan memantulkan kebaikan. Tidak hanya itu, pada umumnya hati yang bersih bermula pada hati yang selalu didalamnya terdapat doa-doa yang baik pula. Oleh karena itu, marilah jaga hati supaya menjadi hati yang bersih nan jernih.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 17 : Para Bagawat Berlomba Menjunjung Langit

Dari Elegi Ritual Ikhlas 17 : Para Bagawat Berlomba Menjunjung Langit dapat diketahui bahwa sosok pemimpin dapat dianalogikan seperti sosok begawat. Disini seorang pemimpin bukanlah dinilai dari suatu kedudukan yang harus dijunjung tinggi oleh oarang-orang dibawahnya. Kedudukan disini bukan pula suatu posisi melainkan suatu wahana sebagai implementasi sebagai umat yang diciptakan Allah SWT sebagai seorang khalifah. Menjadi seorang khalifah bukanlah posisi yang mudah melainkan posisi yang penuh perjuangan sehingga kemuliaan pada dirinya dapat dirasakan oleh para bawahannya. Bahkan gelar yang didapatkan karena adanya amanah yang terlaksanakan olehnya yang bisa dirasakan dengan penuh suka cita, ikhlas dan hanya mengharap ridha-Nya. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran pengalaman yang dapat menjadikan seorang menjadi sesungguhnya seorang khalifah.

Senin, 22 April 2013

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 16: Menggapai Hamba Bersahaja

Dari Elegi Ritual Ikhlas 16: Menggapai Hamba Bersahaja mengingatkan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dengan memiliki akal dan hawa nafsu. Meskipun pada dasarnya, hawa nafsu bukan hanya pada segi buruknya melainkan ada pula segi baiknya. Dalam elegi itu pun tersirat nasihat bahwa kita harus bermunajahadah melawan hawa nafsu yang buruk sebagai perwujudkan ketaatan kita kepada-Nya. Hal ini pun telah dijelaskan pula dalam firman Allah yang berbunyi : “Adapun orang yang takutkan keadaan semasa ia berdiri di mahkamah Tuhannya, (untuk dihitung amalnya), serta ia menahan dirinya dari menurut hawa nafsu. Maka sesungguhnya Syurgalah tempat kediamannya." (Surah An-Naaziat : 40,41).

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 15: Melawan Hawa Nafsu

Dari pemaparan tentang Elegi Ritual Ikhlas 15: Melawan Hawa Nafsu membuat saya sebagai manusia yang harus lebih banyak belajar tentang hidup, membuat saya harus semakin cerdik mengendalikan hawa nafsu yang terkadang membuat saya bimbang. Memang, pada dasarnya, manusia mempunyai hawa nafsu entah itu baik maupun buruk. Maka ikhlasnya hati dan kritisnya pikir itu dapat mengendalikan semua Nafsu-nafsu Buruk.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 14: Perjuangan Dewi Umaya dan Muhammad Nurikhlas

Subhanallah, begitu indahnya nasihat yang tersirat dalam Elegi Ritual Ikhlas 14: Perjuangan Dewi Umaya dan Muhammad Nurikhlas. Dari perjuangan diatas menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk yang penuh nafsu ambisi dalam dunia semakin hari semakin menjadi bahkan tidak ingin memikirkan akhirat yang menjadi tempat abadinya. Hal ini menjadi sebuah fenomena klasik yang terkadang harus disadarkan oleh banyak hal untuk menjadi lebih baik. Alternatif jalan penyadarnya adalah dengan mencoba mendekatkan diri seseorang tersebut dengan Allah melalui lantunan ayat-Nya. Terima kasih atas banyak nasihat yang tersirat dari berbagai postingan bapak sehingga dapat membantu menambah pengalaman hidup dan akhirat.

Sabtu, 20 April 2013

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 13: Memandang Wajah Rasulullah

Subhanallah, dari Elegi Ritual Ikhlas 13: Memandang Wajah Rasulullah mengingatkan saya sebagai manusia yang masih belajar hidup mencoba memahami lebih dalam lagi bahwa maha suci Allah yang telah menciptakan segala apa yang dikehendaki-Nya hingga para nabi-Nya yang begitu luarbiasa budaya ikhlasnya dalam setiap kehidupannya menjadikan pribadi ini untuk selalu bercermin pada suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. Beliau sebagai nabi akhir jaman ini menjadikan para umat muslim untuk bisa bertemu dengan beliau, termasuk pribadi ini. Untuk itulah, didalam kalimat Syahadat yang sederhana itu mengandung makna yang sangat dalam dan sangat luas akan keesaan Allah dan kesaksian bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Terima Kasih.

Jumat, 19 April 2013

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 12: Wasiat Muhammad Nurikhlas kepada Para Cantraka : Meretas Sejarah Peradaban Manusia

Dari pemaparan tentang Elegi Ritual Ikhlas 12: Wasiat Muhammad Nurikhlas kepada Para Cantraka : Meretas Sejarah Peradaban Manusia dapat diketahui bahwa sesungguhnya kebahagian yang abadi membutuhkan perjuangan keras dalam mencapainya. Tidak mengherankan bahwa banyak hambatan yang selalu datang menghampiri. Dari salah satu pepatah arab menyebutkan bahwa Man Jadda wa jada yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia yang akan mendapatkan. Untuk itulah sudah seharusnya sebagai manusia mampu beradaptasi dalam mencapai kesuksesnya. Dalam isi wasiat tersebut jika dapat dioptimalkan dalam kehidupan tentu akan menjadikan hidup lebih baik lagi yang salah satunya mengungkapkan bahwa kesempatan tidak datang kepada setiap orang dan terulang kembali dan sebagai manusia harus mampu menerima kritik dan saran sebagai membangun pondasi untuk kedepannya. Namun perlu diingat untuk selalu meluruskan niat untuk mencapai ridho-Nya. Terima Kasih atas wasiat yang luar biasa.

Sabtu, 13 April 2013

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 11: Memahami makna Taubat dan bertobat Nasuhah

Dari percakapan tentang Elegi Ritual Ikhlas 11: Memahami makna Taubat dan bertobat Nasuhah mengingatkan saya bahwa kesempurnaan adalah milik Allah SWT. Manusia diciptakan dengan ketidak berdayaannya dan memiliki banyak kekurangan didalam hidupnya. Selain itu, manusia sebagai makhluk yang dibekali dengan nafsu tidak luput dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Banyak manusia melakukan dosa, namun banyak manusia pula yang tidak ingin memperbaikinya. Berbeda lain halnya dengan manusia yang ingin memperbaiki kesalahannya. Hal ini lebih dikenal dengan sebutan taubat. Taubat merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keridhaan Allah sebagai perbaikan dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Selain itu, ada pula taubat yang setinggi-tingginya taubat. Taubat tersebut disebut sebagai taubat nasuhah. Taubat nasuhah merupakan suatu taubat yang berkeras diri untuk tidak lagi mendekati kesalahan yang telah diperbuat.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 10: Bermunajat Kepada Allah SWT

Dari tulisan yang berjudul Elegi Ritual Ikhlas 10: Bermunajat Kepada Allah SWT membuat pengalaman batin saya semakin bertambah, saya terharu membaca apa yang bapak tuliskan. Banyak orang tahu tentang menangis dalam berdoa. Menangis dapat didefinisikan sebagai salah satu contoh kelembutan hati yang telah terbelenggu dan dikeluarkan lewat air mata. Bahkan tangisan dapat pula menjadi jalan penyambung kasih dan cinta Allah. Tidak hanya itu, tangisan juga bisa menjadi dzikir kita kepada Allah. Tangisan seperti inilah yang menjadi tangisan sehebat-hebatnya dari yang tangisan lain dan menjadi komunikasi dalam doa kepada-Nya. Untuk itulah, dalam berdoa dibutuhkan kekhusukan sehingga dapat mencapai puncak keharuan bahkan sampai deraian air mata.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 8: Tata Cara atau Adabnya Orang Berdoa

Dari percakapan tentang Elegi Ritual Ikhlas 8: Tata Cara atau Adabnya Orang Berdoa mengingatkan saya sebagai seorang pemula dalam kehidupan yang nyata ini membuat saya semakin tahu bagaimana sesungguhnya tindak tanduk seorang manusia terhadap Allah sebagai Tuhan yang selalu ada didalam setiap langkah hidup. Pada dasarnya, doa merupakan alat komunikasi manusia terhadap-Nya dalam meraih keridhaan-Nya yang agung. Untuk itulah sebagai mana mestinya dalam berkomunikasi harus memiliki adab yang baik sehingga tercapai suatutujuan yang sebenarnya. Oleh karena itu dalam berdoa tidak hanya sebagai ajang coba-coba tanpa suatu pengendalian. Meskipun doa diniali mudah untuk dilakukan, tapi setidaknya tetap harus mengikuti aturan seperti berdoa dengan niat yang kuat, suara lirih, berdzikir, memuji nama-Nya, bershalawat, berdoa, dll. Terima kasih untuk Prof. Marsigit yang telah memberikan pengantar hidup yang lebih baik.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 7: Tanya jawab pertama perihal Hati yang Ikhlas

Semakin menarik kelanjutan dari percakapan tentang elegi ritual ikhlas. Pada percakapan ini (Elegi Ritual Ikhlas 7: Tanya jawab pertama perihal Hati yang Ikhlas) memberikan gambaran nasehat yang tersirat tentang bagaimana ikhlas itu ada didalam hati kita. Ikhlas dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan dengan hanya mencari keridhaan-Nya. Meskipun banyak manusia mampu melakukan dan selalu bisa mengucapkan bahwa dirinya ikhlas belum tentu, mereka termasuk orang yang ikhlas. Karena pada dasarnya, ikhlas tidak mengandung kesombongan jiwa untuk mendapat sesuatu selain ridha-Nya. Untuk itulah, perlu penataan niat terlebih dahulu yang sesuai dengan apa yang ada di Al-Quran.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 9: Menggapai Keutamaan Dzikir

Subhanallah, dari percakapan tentang Elegi Ritual Ikhlas 9: Menggapai Keutamaan Dzikir memberikan banyak nasihat tentang bagaimana selayaknya manusia sebagai ciptaan-Nya selalu mengingat-Nya dan akhirat-Nya. Sungguh luar biasa jika setiap manusia mampu menjadikan dirinya selalu tunduk dan patuh atas segala aturan-Nya. Bahkan mereka yang telah mampu beristiqomah dalam lingkar sejuk-Nya, mampu mengimplementasikan segala bentuk adat (misal dzikir) terhadap-Nya menjadi bagaian hidupnya (manusia) tanpa keluh kesah yang menghampiri.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 6: Cantraka Sakti Berkonsultasi kepada Muhammad Nurikhlas

Dari percakapan tentang Elegi Ritual Ikhlas 6: Cantraka Sakti Berkonsultasi kepada Muhammad Nurikhlas membuat saya yang masih minim dalam mencapai pengalaman batin menjadi sangat tertarik dan ingin berlanjut lagi untuk membaca kelanjutan ceritanya. Dalam percakapan tersebut tersirat bahwa sesungguhnya ikhlas tidaklah mudah untuk diukur dan diketahui mana yang benar-benar ikhlas. Setiap keikhlasan dari setiap orang dapat dilihat dari niat awalnya melakukan hal-hal yang telah ditentukam. Selain itu, dalam niat yang kuat harus mempunyai komitmen dalam berkelanjutannya. Hal ini sebagai wahana mencapai ridha Illahi yang selalu dinanti dan tidak mengenal stratifikasi sosial manusianya.

Jumat, 12 April 2013

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 5: Cantraka Hitam Menguji Ilmu Hitamnya

Dari percakapan tentang Elegi Ritual Ikhlas 5: Cantraka Hitam Menguji Ilmu Hitamnya mengingatkan saya bahwa tiada Tuhan selain Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Bahkan Dia tau akan semua hal yang tidak diketahui makhluk ciptaannya. Tiada makhluk yang mampu mengalahkan kuasa-Nya. Bahkan daya-daya kekuatan dari sesuatu yang abstak tetap mampu dikalahkan. Oleh karena itu, sebagai manusia setidaknya tetap percaya, bersyukur, selalu ikhlas, dan berbuat amalan untuk memperoleh ridha-Nya sebagai pembekalan dimasa yang telah dijanjikan.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 4: Cantraka Sakti belum Ikhlas

Dari percakapan yang begitu menarik tentang Elegi Ritual Ikhlas 4: Cantraka Sakti belum Ikhlas memberikan nasehat tersirat bahwa pada dasarnya ukuran ikhlas dalam diri seseorang tidak bisa dilihat dari suatu segi saja, apalagi hanya dilihat dari segi pendidikannya. Belum tentu seorang yang lulusannya tingkat dewa selalu dianggap lebih segalanya dibandingkan dengan lulusan tingkat dibawahnya. Tidak hanya itu, ikhlas bukanlah suatu kata yang mudah untuk didefinisakan bahkan susah untuk dilakukan. Untuk itulah, dalam belajar menjadi ikhlas harus mampu mengatur niatnya terlebih dahulu dengan lurus terhadap ridha-Nya. http://powermathematics.blogspot.com/2011/02/elegi-ritual-ikhlas-i-cantraka-sakti.html?showComment=1365774499072#c5266447848329691507

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 3: Persiapan Teknis

Dari percakapan yang menarik tentang Elegi Ritual Ikhlas 3: Persiapan Teknis mengingatkan saya kembali yang masih minim pengalamannya dalam hal mencari ridha-Nya telah menyadari bahwa semua yang namanya manusia adalah sama. Yang pernah lahir, pasti merasakan mati. Tidak ada satu-pun yang memiliki posisi lebih tinggi dari yang lainnya. Meskipun dalam hidup, dimata manusia memiliki stratifikasi sosial yang bertingkat berbeda. Perlu diingat lagi bahwa hidup perlu pembekalan. Dalam pembekalan ini, manusia harus melakukan sesuai dengan apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa yang telah dilarang oleh-Nya. Untuk itulah, berlomba-lomba dalam kebaikan menjadi amalan yang lebih menuju ridha-Nya.

REFLEKSI ~ Elegi Ritual Ikhlas 2: Persiapan teknis

Dari percakapan tentang Elegi Ritual Ikhlas 2: Persiapan teknis mengingatkan saya bahwa manusia harus mampu belajar, belajar, dan belajar tidak hanya untuk dunia. Akan tetapi juga untuk akhiratnya. Dalam persiapannya pun harus benar-benar sesuai aturan, tindak-tanduk, bahkan adat yang benar. Selain itu manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya harus mampu mempersiapkan dengan cara memanagemen prioritas yang diutamakan dari pada hal-hal yang hanya sebagai pelengkap. Tidak hanya itu, manusia sebagai makhluk sosial juga harus mampu berinteraksi dengan tujuan saling mengingatkan dijalan yang benar. Karena Seperti tercantum pada (QS. Al-An’am [6]: 162-163) Katakanlah: ‘Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. Maka untuk itulah kita sebagai manusia harus mampu menempatkan posisi dihadapan-Nya tanpa memandang remeh orang lain dan tidak melakukan apa yang telah diwajibkan dan disunahkan sebagai tujuan lain.

REFLEKSI ~ Elegi Bagaimana Matematikawan Mengusir Setan?

Dari percakapan tentang Elegi Bagaimana Matematikawan Mengusir Setan dapat saya tangkap melalui kerendahan hati saya sebagai manusia yang tidak sempurna dan tidak luput dari dosa bahwa percakapan tersebut menganalogikan antara matematikawan dengan setan dan manusia dengan setiap masalahnya. Dapat diketahui bahwa manusia hidup dalam setiap masalah, hidup tanpa masalah tandanya manusia itu mati. Tidak mengherankan bahwa manusia dengan segala masalahnya selalu mendapatkan cobaan yang berkelanjutan. Bahkan setiap masalah yang dihadapi manusia memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh kemampuan masing-masing manusia dalam menghadapinya. Semakin cerdik membuat alternatif pemecahan masalahnya, maka semakin kencang angin yang mencoba untuk mengoyahkan. Untuk itulah, diperlukan alternatif-alternatif pemecahan masalah meskipun dalam keadaan genting pun.

REFLEKS I~ Elegi Ritual Ikhlas I: Informasi awal

Dari percakapan tentang Elegi Ritual Ikhlas I: Informasi awal mengingatkan saya bahwa hidup memerlukan persiapan. Dalam persiapannya pun tidak hanya untuk mempersiapkan kepentingan dunia melainkan kepentingan akhirat. Ketika melakukan perjuangan dalam menggapainya membutuhkan kerja keras dan keikhlasan. Setiap orang selalu memiliki motivasi untuk bekerja keras, namun dalam keikhlasan setiap orang belum tentu mempunyainya. Terkadang manusia lebih menekan secara riil persiapan dalam menggapai suatu tujuan dibandingkan dengan persiapan secara naluriahnya sebagai umat beragama. Ikhlas merupakan suatu pengalaman batin yang tertinggi dan ilmunya sulit untuk diterapkan dalam hidup. Akan tetapi hikmahnya jauh lebih indah dan nikmat ketika jiwa-jiwa manusia mampu ikhlas melakukan suatu hal (beribadah, bekerja, belajar, dll ). Karena pada hakekatnya, sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas, hasilnya lebih bermakna dan membekas bahkan mendarah daging. Jadi, marilah untuk tetap selalu nbelajar ikhlas, ikhlas, dan ikhlas untuk menggapai keberkahan hidup.

Rabu, 03 April 2013

" Belajar Inovatif dari Negeri Sakura "

Dalam tayangan video pembelajaran matematika SD di Jepang pada tanggal 28 Maret 2013 di Ruang 15 Kampus Wates UNY khususnya pada kelas 2F PGSD, pembelajaran matematika berkenaan dengan konsep geometri bangun datar di SD. Berdasarkan hasil apa yang dilihat dalam tayangan maka adanya kegiatan pembelajaran yaitu interaksi antara siswa dengan guru juga guru dengan siswa, sehingga ada hubungan timbal balik diantara mereka. Pada kegiatan pembelajaran tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kegiatan guru dan kegiatan siswa. Pada kegiatan yang dilakukan oleh guru, bermula dari apresiasi dan pengenalan tentang bab materi yang dipelajari sebagai konsep awal pembelajaran. Berikutnya, guru menyiapkan segala materi atau sarana untuk pembelajaran. Setelah semua siap, guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu konsep tentang bagaimana menemukan luas daerah segitiga, persegi, segiempat, trapesium yang dibatasi oleh sebuah bidang. Dalam proses ini dapat dilihat bahwa pengkondisian para siswanya begitu efektif dan efisien sehingga tidak ada siswa yang melakukan kegiatan lain selain untuk menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan. Selain itu, guru disini sebagai objek center yang tidak memberikan jawaban hasil secara langsung melaikan dengan cara membiarkan para siswanya untuk mencari ide dalam menentukan hasil yang akan dicapai. Hal lain yang menambah nilai positif dalam pembelajaran tersebut adalah adanya dua guru yang menjadi satu tim dalam memberikan pengarahan sehingga semua siswa terangkul. Selain dari kegiatan yang dilakukan guru, kita dapat meneladani kegiatan belajar para siswa didalam kelas. Setelah guru selesai memberikan arahan pengenalan, siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Berikutnya, salah satu perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusi dengan penuh semangat. Tidak hanya itu, siswa tersebut juga memberikan kesempatan para siswa lain untuk mengemukakan pendapat mereka tentang apa yang dipresentasikan. Setelah semua kelompok selesai, para siswa bersama guru menyimpulkan hasik diskusi mereka. Dari video tersebut, kita dapat mempunyai gambaran bahwa kegiatan belajar mengajar negara jepang dapat dikategorikan sebagai kegiatan belajar yang inovatif. Selain itu kegiatan belajarnya juga fleksibel, terbuka, dan menyenangkan tetapi tetap bisa efektif dan efisien. Hal ini yang memberikan pengaruh besar dalam dunia pendidikannya, sehingga para siswa meskipun masih sekolah dasar telah mampu menyelesaikan suatu soal dengan pemikiran mereka sendiri. Untuk itulah, Komponen pembelajaran diIndonesia harus mencoba menauladani kegiatan belajar mengajar di Jepang.