Kamis, 21 Maret 2013

Mendaki Puncak Pergunungan Matematika

Dalam mengajar pembelajaran matematika SD, guru perlu mengembangkan pendekatan secara kotekstual dan realistis terhadap siswanya. Hal ini akan memberikan kesempatan siswa untuk mencoba mengidentifikasi masalah Matematika sehingga siswa mampu berfikir kreatif untuk mengembangkan alternatif cara dalam pemecahan masalah. Dari pendekatan ini, siswa diharapkan selangkah lebih menguasai matematika dengan antusias. Dalam menciptakan pembelajaran Matematika yang efektif, guru perlu membangun stimulus dan memfasilitasi siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajaran yang inovatif sehingga siswa dapat berperan aktif, berpikir kreatif, dan memaknai setiap pembelajaran yang diberikan. Perasaan senang dalam belajar Matematika, siswa harus dapat membangun pengetahuan Matematikanya sendiri. Dalam pembelajaran Matematika, konsep yang akan dikonstruksikan kepada siswa sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal oleh siswa dan konsep yang dikonstruksi oleh siswa itu sendiri. Bahan refleksi ini mengacu pada artikel internasional karya Prof. DR. Marsigit, MA, yang pernah dipresentasikan pada tahun 2010 di Pyang Wei, Thailand, dengan judul The Ice-Berg approach of Learning Fraction in Junior High School: Teacher’s Reflection Beyond Lesson Study. Ice-Berg dapat diartikan sebagai gunung es. Dalam konsep gunung es, matematika realistis dibagi menjadi 4 bagian utama. Tahapan paling rendah adalah matematika konkret, kemudian model konkret, diatasnya ada model formal, dan yang paling atas adalah matematika formal. 1. Matematika Konkret Merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika, yang dapat dilihat bentuk nyatanya secara konkret, misalnya pohon, banyaknya daun dalam sebatang pohon, dan lain sebagainya. 2. Model Konkret Berbentuk gambar atau foto dari bentuk nyata matematika konkret, yang telah terkena manipulasi atau campur tangan, misalnya gambar atau foto sebatang pohon, foto binatang dan lain sebagainya. 3. Model Formal Dalam model formal, penjumlahan dilakukan dengan menggunakan model berupa foto atau gambar. Foto atau gambar disiapkan sejumlah bilangan yang akan dijumlahkan, sehingga untuk mengetahui hasil penjumlahan, siswa harus menghitung banyaknya foto atau gambar tersebut. 4. Matematika Formal Merupakan tingkatan paling tinggi dalam Ice Berg. Dalam matematika formal, penjumlahan matematis tidak lagi dilakukan menggunakan model berupa foto maupun gambar, melainkan langsung menggunakan bilangan yang akan dijumlahkan. Di Indonesia, Gunung Es atau Ice Berg tidak mungkin ditemukan. Yang ada gunung berapi, sehingga untuk konteks pembelajaran matematika realistik di Indonesia, model Ice Berg atau gunung es dapat direpresentasikan dengan menggunakan gunung berapi (volcano). Dengan mengenal tingkatan pada gunung es tersebut, diharapkan guru dapat membelajarkan matematika formal di sekolah dengan menggunakan intuisinya. Dalam pembelajarkan matematika di sekolah menggunakan intuisi, guru harus mengenal adanya hermeneutika. Hermeneutika dapat diartikan sebagai silaturrahim atau komunikasi. Selain itu, hermeneutika harus dapat menerjemahkan dan diterjemahkan dalam hal apapun. Hermeneutika dalam belajar matematika sangatlah penting, karena matematika sangat sopan santun terhadap ruang dan waktu. Contohnya guru menerjemahkan siswa, siswa menerjemahkan matematika, dan lain sebagainya. Melalui metode iceberg diharapkan dapat memberi petunjuk dan menjadi referensi bagi guru dalam perkembangan pembelajaran Matematika. Sehingga pembelajaran dikelas tidak selalu bersifat teacher center akan tetapi berorientasi pada student center. Untuk itulah, Guru sebagai fasilitator, harus bisa menciptakan suasana-suasana yang mendukung keefektifan belajar Matematika bagi siswa.

Tidak ada komentar: