Rabu, 06 Maret 2013

REFLEKSI KELAS, 28 Februari 2013 : PROBLEMATIKA PEMIKIRAN MAHASISWA TERHADAP MATEMATIKA

Pertemuan ketiga pada Mata Kuliah Konsep Dasar Matematika SD II membahas tentang problematika yang masih membelenggu dibenak mahasiswa, khususnya kelas 2F PGSD. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan melalui selembar kertas dengan syarat 2 pertanyaan minimal dari mahasiswa langsung dijawab oleh Bapak Marsigit selaku dosen pengampu. Menurut Beliau, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para mahasiswa, sebenarnya telah ada diblog beliau dengan alamat http://powermathematics.blogspot.com/. Pertanyaan yang dan masih membuat terbelenggu adalah tentang metode induksi dan deduksi. Menurut Bapak Marsigit, cara berpikir pada garis besarnya ada dua, yaitu induksi dan deduksi. Metode deduksi dapat digambarkan seperti kata matematika murni / formal / aksiomatik yang dapat ditetapkan mulai dari definisi kemudian dibuat aksioma dan terioma, dilanjut dengan terioma baru sebagai pemecahan persoalan yang ada. Sedangkan dalam lingkungan sehari-hari, deduksi begitu alami. Misalnya saja dalam bentuk pengamatan. Pengamatan yang dilakukan awalnya secara umum yang berangsur ke khusus. Inilah yang disebut dengan metode deduksi. Metode induksi berbalik definisi dengan metode deduksi. Dalam metode induksi pemaparan terhadap suatu masalah dapat diungkapkan dari segi khususnya ke segi umumnya. Namun pada dasarnya, kedua metode tersebut bersama-sama saling bersenergi dan bersifat dinamis. Perbandingan intensitas antara kedua metode tersebut disesuaikan oleh ruang dan waktu. Setinggi-tingginya ilmu dalam filsafat adalah sopan santun. Jika ingin memberikan pembelajaran matematika secara efektif dan efisien lerlebih baiknya mempelajari sopan santun terhadap siswa dan sopan santun terhadap matematika. Begitupun dengan metode ceramah yang biasa disebut sebagai metode klasikal harus sopan santun terhadap siswa. Untuk itulah, diperlukan pembelajaran inovatif yang tidak menyalahkan suatu keadaan maupun terhadap siswanya. Pembelajaran inovatif bukan hanya menggunakan metode diskusi tapi juga bisamenggunakan metode online, latihan, kerja praktek laboratorium dan refleksi. Persoalan matematika berada pada gurunya yang menggunakan metode diskusi yang belum dibiasakan, belum dilaksanakan, dan belum memenuhi kriteria. Faktor lain sebagai penyebab persoalan yang terjadi karena adanya faktor kebijakan sistem pemerintah dalam menentukanproses pembelajaran. Ketika guru hanya tunduk dengan aturan tanpa mengetahui makna dari peraturan tersebut, maka guru tersebut kehilangan intuisi/hati nurani. Intuisi merupakan pemahaman yang tidak dapat dijelaskan kapan dan dimana terjadinya. Intuisi tidak hanya dimiliki oleh anak keci; saja. Semua orang perlu mengembangkan intuisi-intuisi, pencerahan yang begitu saja turun dan tidak diketahui datangnya dari mana. Intuisi sangat penting dan dapat diperoleh melalui pergaulan baik dalam lingkungan, teman, dan keluarga. Metode berfikir dari yang paling tinggi, antara lain hakikat, metode, dan etika. Sedangkan ilmu itu terdiri dari pikiran dan pengalaman. Pikiran itu termasuk dalam suatu logika yang dapat dibedakan menjadi a priori dan a posteriori. A priori dapat memikirkan yang belum terjadi sedangkan a postetiori dapat memikirkan kalau sudah terjadi. Dari penjelasan terhadap Problematika pemikiran mahasiswa terhadap matematika dapat diketahui dan memberikan suatu pengalaman tentang proses belajar mengajar. Pertanyaan : program seperti apa yang dapat membenahi sitem pendidikan yang inovatif dan dinamis ?

Tidak ada komentar: